Minggu, 13 Mei 2012

tuntunan sholat praktis

Tauhid, Fiqih, Muamalah, Tariqh, Free E-Book, Free E-Kitab, Free Artikel, Free Download Software, Ceramah Islami, Kesehatan, Pernikahan, Mendidik Anak, Lowongan Pekerjaan And Anything About ISLAM
 
 

TATA CARA SHALAT NABI MUHAMMAD

TIGA MASALAH PENTING DALAM SHALAT (1)
Oleh : Syaikh Abdul Aziz Bin Abdullah Bin Baz

Segala puji hanya milik Allah semata, shala-wat dan salam semoga tetap dicurahkan kepada hamba dan utusanNya, yaitu Nabi Muhammad, keluarga dan para shahabatnya. Amma ba`du:
Berikut ini adalah uraian singkat tentang sifat (tata cara) shalat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam . Penulis ingin menyajikannya kepada setiap muslim, baik laki-laki ataupun perempuan, agar siapa saja yang membaca-Nya dapat bersungguh-sungguh dalam mencontoh (berqudwah) kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. di dalam masalah shalat, sebagaimana sabda beliau:

Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.(HR. Al-Bukhari).

Kepada para pembaca, berikut ini uraiannya:
1. Menyempurnakan wudlu;
(Seseorang yang yang hendak melakukan shalat) hendaknya berwudlu sebagaimana yang diperintahkan Allah; sebagai peng-amalan terhadap firmanNya:
“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian hendak melakukan shalat, maka cucilah muka kalian, kedua tangan kalian hingga siku, dan usaplah kepala kalian, dan (cucilah) kedua kaki kalian hingga kedua mata kaki…” (Al-Ma’idah: 6).
dan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:

“Tidak diterima shalat tanpa bersuci dan shadaqah dari penipuan.” (HR. Muslim ).

Dan sabdanya kepada orang yang tidak betul shalatnya:

“Apabila kamu hendak melakukan shalat, maka sempurnakanlah wudhu”.


2. Menghadap ke kiblat:

Yaitu Ka`bah, di mana saja ia berada dengan seluruh tubuhnya (secara sempurna), sambil berniat di dalam hatinya untuk melakukan shalat sesuai yang ia inginkan, apakah shalat wajib atau shalat sunnah, tanpa mengucapkan niat tersebut dengan lisannya, karena mengucapkan niat dengan lisan itu tidak dibenarkan (oleh syara`), bahkan hal tersebut merupakan perbuatan bid`ah. Sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah melafadzkan niat begitu juga para sahabat. Disunnahkan meletakkan sutrah (pembatas) baik sebagai imam atau shalat sendirian karena demikian itu termasuk sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Shalat harus menghadap kiblat sebab tidak sah shalat seseorang jika tidak menghadap kiblat kecuali dalam kondisi tertentu yang telah banyak dijelaskan dalam kitab-kitab fikih.

3. Takbiratul ihram dengan mengangkat ke-dua tangan hingga sejajar dengan pundak
sambil mengucap Allahu Akbar lalu mengarahkan pandangan ke tempat sujud.

4. Mengangkat kedua tangan di saat bertak-bir hingga sejajar dengan kedua pundak
atau sejajar dengan kedua telinganya.

5. Meletakkan kedua tangan di atas dada-nya,
Yaitu dengan meletakkan tangan kanan pada punggung tangan kiri, atau pada pergelangan tangan kiri, atau pada lengan tangan kiri, karena hal tersebut ada haditsnya, (seperti) hadits yang bersumber dari Wa’il bin Hujr dan Qubaishah bin Hulb Al-Tha’iy yang ia riwaratkan dari ayahnya radhiyallahu ‘anhu.
6. Disunnahkan membaca do’a istiftah:

“Ya Allah, jauhkanlah antaraku dengan kesalahan-kesalahanku, sebagaimana Engkau telah menjauhkan antara timur dan barat; Ya Allah, sucikanlah aku dari kesalahan-kesalahanku seba-gaimana pakaian putih disucikan dari segala kotoran; Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesa-lahan-kesalahanku dengan air, es dan salju” (Muttafaq `alaih yang bersumber dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam).
Boleh juga membaca do’a yang lain sebagai gantinya, seperti:

Maha Suci Engkau, Ya Allah, dengan segala puji bagiMu, Maha Mulia NamaMu, dan Maha Tinggi kemuliaanMu, tiada Tuhan yang yang berhak disembah selain Engkau“.

Karena do’a ini ada dalil shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan diperbolehkan membaca do’a istiftah lain dari keduanya yang ada dalil shahihnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Namun yang lebih afdhal (utama) adalah pada suatu saat membaca do`a istiftah yang pertama dan pada saat yang lain membaca yang kedua atau yang lainnya yang ada dalil shahihnya, karena yang demikian itu lebih sempurna dalam ber-ittiba` (mencontoh Rasu-lullah shallallahu ‘alaihi wasallam).
Kemudian membaca:

Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk ” “Dan dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang“.

Dan dilanjutkan dengan membaca Surat Al-Fatihah, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

Tidak syah shalat seseorang yang tidak membaca Surat Al-Fatihah “, dan sesudah itu membaca “Amin” secara jelas (nyaring) dalam shalat jahriyah, dan sirr (tersembunyi) dalam shalat sirriyah.

Kemudian membaca ayat-ayat Al-Qur’an, dan diutamakan bacaan dalam shalat Zhuhur, Ashar dan Isya’ dari surat-surat yang agak panjang, dan pada shalat Shubuh surat-surat yang panjang, sedangkan pada shalat Maghrib surat-surat pendek dan pada suatu saat boleh juga membaca surah yang panjang atau setengah panjang, maksudnya pada shalat Maghrib, sebagaimana yang diriwayatkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan pada shalat Ashar hendaknya membaca surat yang lebih pendek dari pada bacaan shalat dzuhur
7. Ruku` sambil bertakbir dan mengangkat kedua tangan hingga sejajar
dengan kedua pun-dak atau kedua telinga,
dengan menjadikan kepala sejajar dengan punggung dan meletakkan kedua tangan pada kedua lutut dengan jari-jari terbuka sambil thuma’ninah di saat ruku` dan mengucapkan:

Maha suci RabbKu Yang Maha Agung”

Dan lebih diutamakan membacanya tiga kali atau lebih, dan di samping itu dianjurkan pula membaca:

“Maha Suci Engkau, Wahai Rabb kami dan dengan segala puji bagiMu, Ya Allah, ampunilah aku”.

8. Mengangkat kepala dari ruku’,
sambil mengangkat kedua tangan hingga sejajar dengan kedua pundak atau kedua telinga
sambil membaca:


“Semoga Allah mendengar orang yang memuji-Nya”.

baik sebagai imam atau shalat sendirian. Lalu di saat berdiri mengucapkan:

“Wahai Rabb kami, milikMu segala pujian sebanyak-banyaknya lagi baik dan penuh berkah, sepenuh langit dan bumi, sepenuh apa yang ada di antara keduanya dan sepenuh apa saja yang Engkau kehendaki kelak”.

Dan jika ditambah lagi sesudah itu dengan do’a:

Pemilik puja dan puji, ucapan yang paling haq yang diucapkan oleh seorang hamba; dan semua kami adalah hamba bagiMu; Ya Allah, tiada penghalang terhadap apa yang Engkau berikan, dan tiada yang dapat memberikan terhadap apa yang Engkau halangi, tiada berguna bagi orang yang memiliki kemuliaan, karena dariMu lah kemuliaan”.

Maka hal tersebut baik, karena yang demikian itu ada dasarnya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam beberapa hadits shahih.
Adapun jika ia sebagai ma’mum, maka di saat mengangkat kepala membaca:

Wahai Rabb kami, milikMu lah segala puji-an“… hingga akhir bacaan di atas.

Dan dianjurkan meletakkan kedua tangannya di atas dadanya, sebagaimana yang ia lakukan pada saat berdiri sebelum ruku`, karena keshahihan hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang menunjukkan demikian, yaitu hadits yang bersumber dari Wa’il bin Hujr dan Sahal bin Sa`ad radhiyallahu ‘anhu.
9. Sujud sambil bertakbir dengan meletak-kan kedua lutut sebelum kedua tangan, jika hal tersebut memungkinkan. Dan jika tidak, maka men-dahulukan kedua tangan sebelum kedua lutut, sambil menghadapkan jari-jari kedua telapak kaki dan jari jari kedua telapak tangan ke qiblat, dengan posisi jari-jari telapak tangan rapat. Dan sujud di atas tujuh anggota tubuh, yaitu dahi bersama hidung, kedua telapak tangan, kedua lutut dan ujung jari kedua telapak kaki, sambil membaca do’a:

“Maha Suci Rabbku Yang Maha Tinggi.” tiga kali atau lebih:

Dianjurkan pula membaca:

Maha Suci Engkau, Ya Allah Rabb kami, dengan segala puji bagiMu. Ya Allah ampunilah aku “.

Dan memperbanyak do’a, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:

Adapun ruku`, maka agungkanlah Tuhan pada saat itu, dan adapun sujud, maka bersungguh-sungguhlah kalian dalam berdo’a, sebab layak untuk diterima bagi kalian.”
Dan juga sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam:

Posisi terdekat seorang hamba dari Tuhannya adalah di saat ia sedang sujud, maka dari itu perbanyaklah do’a.”

Kedua hadis tersebut diriwayatkan oleh Muslim di dalam Shahihnya.
Hendaknya (diwaktu sujud) ia memohon kepa-da Tuhannya kebaikan dunia dan akhirat untuk dirinya dan untuk orang lain dari kaum muslimin, baik itu dalam shalat wajib maupun dalam shalat sunnah. Dan (diwaktu sujud) hendaknya mereng-gangkan kedua lengan tangan dari kedua lambung dan perut dari kedua pahanya sambil mengangkat kedua hasta/lengah tangannya dari tanah, sebab Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Tegak luruslah kalian di saat sujud dan jangan ada seorang dari kalian meletakkan kedua lengan tangannya seperti anjing meletakkan kedua lengan tangannya.” (Muttafaq `alaih).

10. Mengangkat kepala sambil bertakbir,
bertumpu pada kaki kiri dan mendudukinya, sedang-kan kaki kanan ditegakkan, meletakkan
kedua tangan di atas ujung kedua paha dan kedua lutut, lalu mem-baca:


Wahai Rabbku, ampunilah aku; wahai Rabbku, ampunilah aku; wahai Rabbku, ampunilah aku. Ya Allah, ampunilah aku, belas kasihilah aku, berilah aku petunjuk, berilah aku rizki, berilah aku kesehatan dan tutupilah kekuranganku.”

Hendaknya thuma’ninah (berhenti sebentar) di waktu duduk, hingga setiap persendian benar-benar berada pada posisinya, sebagaimana di saat ia berdiri i`tidal sebelum ruku`, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memanjangkan (waktu) i`tidalnya sesudah ruku` dan ketika duduk di antara dua sujud.
11. Sujud yang kedua sambil bertakbir,
dalam melakukannya sebagaimana ia melakukan pada sujud pertama.

12. Mengangkat kepala (bangun) sambil bertakbir,
dan duduk sejenak seperti duduk antara dua sujud. Ini disebut duduk istirahat, hukumnya sunnah menurut pendapat yang lebih kuat dari dua pendapat para ulama, dan jika ditinggalkan maka tidak apa-apa. Dan pada duduk ini tidak ada bacaan atau pun do’a.
Lalu bangkit dan berdiri untuk melakukan raka`at yang kedua dengan bersanggah pada kedua lutut jika memungkinkan, dan jika tidak memung-kinkan, maka bersanggah kepada kedua tangan di atas lantai, kemudian membaca Al-Fatihah dan sete-rusnya seperti apa yang dilakukan pada raka`at yang pertama. Tidak boleh bagi seorang ma’mum menda-hului imam, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melarang umatnya dari tindakan seperti itu, demikian juga dibenci memba-rengi imam. Sunnahnya bagi ma`mum, gerakan-gerakannya harus sesudah gerakan-gerakan imam-nya dengan tidak berbarengan, dan harus setelah terhentinya suara imam, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Sesungguhnya imam itu dijadikan sebagai imam agar diikuti, maka janganlah kalian menyelisihinya, oleh karena itu, jika ia bertakbir maka bertakbirlah kalian, dan jika ia ruku` maka ruku`lah kalian, dan apabila ia membaca: “Sami`allahu liman hamidah”, maka bacalah: “Rabbana wa lakal-hamdu”, dan apabila ia sujud, maka sujudlah kalian” (Muttafaq `alaih).

13. Jika shalat itu adalah shalat dua raka`at, seperti shalat Subuh, shalat Jum`at dan shalat `Id, maka duduk iftirasy setelah bangkit dari sujud kedua, yaitu dengan menegakkan kaki kanan, dan bertumpu pada kaki kiri, tangan kanan diletakkan di atas paha kanan dengan menggenggam semua jari kecuali jari telujuk untuk berisyarat kepada tauhid di saat meng-ingat Allah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berdo’a. Jika jari manis dan jari kelingking tangan kanan digenggamkan, sedangkan ibu jari dibentuk lingkaran dengan jari tengah dan berisyarat dengan jari telunjuk, maka hal tersebut sangat baik sekali, karena kedua cara tersebut ada di dalam hadits shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan afdhalnya melakukan cara yang pertama pada suatu saat dan cara yang kedua pada saat yang lain. Sedangkan tangan kiri diletakkan di atas (ujung) paha kiri dan lutut; lalu membaca Tasyahhud, yaitu:


Kemudian dilanjutkan dengan membaca:


Lalu memohon perlindungan kepada Allah dari empat hal dengan membaca:
Kemudian berdo’a, memohon kepada Allah untuk kebaikan dunia dan akhirat. Dan apabila berdo`a untuk kedua orang tua atau untuk kaum muslimin, maka dibolehkan, baik di waktu shalat wa-jib ataupun shalat sunnah, berdasarkan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dari Ibnu Mas`ud radhiyallahu ‘anhu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarinya Tasyahhud, beliu bersabda:

“Kemudian hendaknya ia memilih do`a yang lebih disukai, lalu berdo`a

Do`a yang disebutkan dalam hadist di atas men-cakup semua apa saja yang berguna bagi seseorang dalam kehidupan dunia dan akhirat. Setelah itu memberi salam dengan menoleh ke kanan dan salam dengan menoleh ke kiri, seraya mengucapkan:

14. Jika shalat yang dikerjakan adalah tiga raka`at, seperti shalat Maghrib, atau empat raka`at, seperti shalat Zhuhur, `Ashar dan Isya’, maka hendak-nya ia membaca tasyahhud tersebut di atas dengan membaca shalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian bang-kit dengan bersanggah kepada kedua lututnya, sambil mengangkat kedua tangan sampai sejajar dengan kedua pundak dan membaca Allahu Akbar, lalu mele-takkan kedua tangan di dada sebagaimana diterang-kan di atas kemudian membaca Al-Fatihah saja.
Jika ia membaca surah atau ayat pada raka`at ketiga dan keempat dalam shalat dzuhur sesudah al-Fatihah pada saat-saat tertentu, maka tidak apa-apa. Karena ada hadits shahih yang menunjukkan hal tersebut dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang bersumber dari Abu Sa`id radhiyallahu ‘anhu.
Dan jika tidak membaca shalawat pada tasyah-hud pertama, maka tidak apa-apa, karena hukumnya sunnah, tidak wajib dalam tasyahhud awal. Kemudian membaca tasyahhud setelah raka`at ketiga pada shalat Maghrib, dan setelah raka`at keempat dari shalat Zhuhur, Ashar dan Isya’, berikut dengan shalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam , dan memohon perlindungan kepada Allah dari empat perkara yang disebutkan di atas (adzab Neraka Jahannam, siksa kubur, fitnah kehi-dupan dan kematian dan dari kejahatan fitnah Dajjal), lalu perbanyak berdo`a.
Dan di antara do`a yang diajarkan pada akhir tahiyyat (tasyahhud) dan juga dalam kesempatan-kesempatan lainnya adalah:

Ya Rabb kami, karuniakan kepada kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat dan peliharalah kami dari adzab api Neraka”.

Karena ada hadits shahih yang bersumber dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

Kebanyakan dari do`a-do`a Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam itu adalah Rabbana atina fiddunya hasanah wafil akhirati hasanah wa qina adzaban nar.

Sebagaimana telah disebutkan di atas dalam shalat yang dua raka`at, hanya saja posisi duduk saat ini adalah duduk tawarruk, yaitu duduk dengan meletakkan telapak kaki kiri di bawah betis kaki kanan dan kemudian mendudukkan pantat di atas tanah, sedangkan kaki kanan tegak, berdasarkan hadits yang bersumber dari Abu Humaid. Kemudian memberi salam ke kanan sambil mengucapkan: dan salam ke kiri seraya mengucapkan:  
Sehabis itu beristighfar (memohon ampun) kepada Allah tiga kali, membaca:

“Ya Allah, Engkaulah Yang Maha Selamat dan dariMu-lah keselamatan, Maha Suci Engkau, wahai Tuhan Pemilik keagungan dan kemulia-an; tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tiada sekutu bagiNya, milikNya lah kerajaan, dan milikNya-lah segala pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu; tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah. Ya Allah, tiada yang dapat menghalangi terhadap apa yang Engkau berikan, dan tiada yang dapat memberi terhadap apa yang Engkau halangi, tidaklah bermanfaat kemuliaan bagi pemiliknya kecuali kemuliaan itu dari Engkau. Tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan kami tidak menyembah kecuali hanya kepadaNya; kepunyaanNya lah kenikmatan dan milikNya lah karunia, dan bagiNya-lah sanjungan yang baik, tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah, dengan tulus ikhlas tunduk kepadaNya sekalipun orang-orang kafir tidak suka”.

Kemudian bertasbih (mengucapkan Subhanallah ) sebanyak 33 kali, memuji Allah (mengucapkan Alhamdulillah) 33 kali dan bertakbir (mengucapkan Allahu akbar) 33 kali, serta digenapkan menjadi seratus dengan mengucapkan:

“Tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tiada sekutu bagiNya, kepunyaan-Nya-lah kerajaan, dan milikNya-lah segala pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”.

Lalu membaca ayat Kursi, Surat Al-Ikhlash, surat Al-Falaq dan Surah An-Nas pada setiap kali selesai shalat. Dan dianjurkan (disunnahkan) meng-ulang tiga surat tersebut sebanyak 3 kali setelah selesai shalat Maghrib dan shalat subuh, berdasarkan hadits shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang menganjurkan tentang hal itu, begitu pula dianjurkan (disunnahkan) menambah dzikir tersebut di atas, terutama setelah shalat Maghrib dan shalat Subuh dengan dzikir berikut 10 kali:

“Tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tiada sekutu bagiNya, kepunyaan-Nya-lah kerajaan, dan milikNya-lah segala pujian, Dia menghidupkan dan mematikan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”.

Semua itu berdasarkan hadits shahih dari Rasu-lullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Jika ia sebagai imam, maka hendaknya berbalik menghadap para ma’mum sesudah beristighfar 3 kali dan mengucapkan:

“Ya Allah, Engkau Yang Maha selamat dan dariMu lah keselamatan, Maha Tinggi lagi Maha Suci Engkau, wahai Pemilik keagungan dan kemuliaan”.

Kemudian membaca dzikir-dzikir sebagaimana tersebut di atas, yang banyak disebutkan dalam hadits-hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, di antaranya adalah hadits shahih yang dari `Aisyah radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Semua dzikir di atas hukumnya sunnah, tidak wajib.
Disunnahkan pula bagi setiap muslim, baik laki-laki atau perempuan shalat sunnah 4 raka`at sebelum Zhuhur dan 2 raka`at sesudahnya, 2 raka`at sesudah shalat Maghrib, 2 raka`at sesudah Isya dan 2 raka`at sebelum shalat Subuh. Jumlah kesemuanya 12 raka`at, yang dinamakan shalat rawatib; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam selalu menjaganya di waktu muqim, adapun di waktu beper-gian beliau hanya melakukan shalat sunnat Subuh dan witir. Untuk kedua shalat sunnah tersebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah meninggalkannya baik di waktu muqim maupun di waktu bepergian. Beliau adalah teladan bagi kita, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik”. (Al-Ahzab: 21).
Dan juga sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat”.(HR. Bukhari).

Dan lebih utama (afdhal) shalat-shalat rawatib dan shalat witir dilakukan di rumah, namun jika dilakukan di masjid, maka tidak apa-apa sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

“Sebaik-baik shalat seseorang adalah di rumah, kecuali shalat wajib.” (Hadits ini disepakati keshahihannya oleh Bukhari dan Muslim)

Menjaga shalat rawatib dengan sungguh-sung-guh merupakan bagian dari sebab seseorang masuk Surga, sebagaimana yang diriwayatkan di dalam Shahih Muslim dari Ummi Habibah radhiyallahu ‘anhu sesungguh-nya dia berkata: Saya telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Tiada seorang hamba muslim pun yang selalu melakukan shalat sunnat 12 raka`at selain dari shalat wajib pada setiap hari, melainkan Allah bangun untuknya sebuah istana di Surga.”

Dan sesungguhnya Imam At-Tirmidzi di dalam riwayat haditsnya juga menjelaskan (menafsirkan) hadits di atas sebagaimana yang kami sebutkan tadi.
Jika ia melakukan 4 raka`at sebelum shalat Ashar, 2 raka`at sebelum Maghrib, dan dua raka`at sebelum shalat Isya`, maka itu lebih baik sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

Allah akan memberi rahmat kepada seseorang yang selalu shalat 4 raka`at sebelum Ashar“. (HR. Imam Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi, dan ia menghasankannya; dishahihkan Ibnu Huzaimah, sanad hadits tersebut shahih).

Dan juga sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

Di antara dua adzan (adzan dan iqamah) ada shalatnya, di antara dua adzan ada shalatnya, -Lalu beliau bersabda untuk ketiga kalinya: Bagi yang menghendaki.” (HR. Al-Bukhari)

Dan jika shalat 4 raka`at setelah shalat Zhuhur dan 4 raka`at sebelumnya, maka itu pun baik pula, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

Barangsiapa yang menjaga 4 raka`at sebelum Zhuhur dan 4 raka`at sesudahnya, maka ia diharamkan oleh Allah atas api Neraka.” (HR. Ahmad dan Ahlus Sunan dengan sanad shahih dari Ummi Habi-bah radhiyallahu ‘anhu)

Maksudnya adalah, ia menambah 2 raka`at atas shalat sunnat rawatib sesudah Zhuhur, karena shalat sunnat rawatib Zhuhur itu 4 raka`at sebelumnya dan 2 raka`at sesudahnya. Maka jika ia melakukan dua rak`at shalat sunnat lagi sesudahnya, tercapailah apa yang disebutkan di dalam hadits Ummi Habibah tersebut.
Dan Allahlah Pemberi taufiq, dan semoga Allah tetap mencurahkan shalawat dan salam kepada nabi kita Nabi Muhammad bin Abdullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kepada ke-luarga dan para shahabatnya serta para pengikutnya hingga hari Kiamat.
Kalau mau download filenya (yang ada bacaan tulisan arabnya) Klik di Sini
~ by evisyari on July 8, 2008.

44 Responses to “TATA CARA SHALAT NABI MUHAMMAD”

  1. luar biasa, terimakasih , boleh saya kopi
  2. Assalamu’alaikum wr wb
    alhamdulillah, akhirnya saya menemukan jawaban atas pertanyaan saya…
    jazakillah…
    wassalamu’alaikum wr wb
  3. terimakasih telah membantu saya mengerjakan tugas agama…
    dan tentunya membantu menyempurnakan sholat saya…
  4. Bacaan dalam bahasa arabnya tidak bisa terbaca.
    Apakah bacaannya yang memang tidak muncul di layar atau komputer saya yang bermasalah?
    Jika memang bacaan bahasa arabnya tidak bisa muncul, tolong diperbaiki agar bisa dibaca oleh muslimin, muslimah, dan para mualaf lainnya
  5. emang Tulisan arabnya nga ada okey,
  6. Assalamu’alaikum Wr. Wb.
    Saya seorang muallaf. Bagi saya, Nabi Muhammad adalah oarang pertama yang harus saya ikuti dalam segala hal, terutama sholat. Namun kita diwajibkan sholat dengan berbahasa arab. Saya mohon, bila tidak merepotkan, tolong ditampilkan bacaan sholatnya dalam bahasa arab, bila boleh, sekalian doa yang diucapkan nabi setelah sholat(wirid). Terima kasih. Semoga Anda selalu dalam kasih Tuhan. Ini e-mail saya; mmufti@ymail.com.
    Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
  7. Assalamua’laikum,
    ana mau ksia sdikit msukan, klau bsa doa atau pun hadistnya mohon disertai dengan ayat hruf arabnya agar mudah difahami, karena tdak smua saudara qta tahu. sekian dan terima kasih
    Wassalmua’laikum,,,,
  8. kalo mau belajar sholt jgn dari bacaan tapi berguru langsung.
  9. [...] Gigan said this on August 16, 2008 at 4:55 am [...]
  10. Bagus, mantap, izinkan kami meng-copy !!! Semoga Sang Penulis mendapat pahala dari Allah Swt.!
    Wassalam,
  11. assalamualaikum wr,wb,
    tlong klo bsa cantum kn ayat2 maupun hadist dengan penulisan arab
    biar lebih mempermudah orang2 awam yang ingin belajar tata cra sholat yg sesuai dng al-qur’an dan assunnah
    wassalamualaikum wr,wb.
  12. Koq tulisan ‘Arabnya tidak ada Ystadz
  13. syukran jazakillah katsir.izin copy ya…..!!!
  14. TOLONG DISERTAI BACAAN ASLINYA ( BAHASA ARAB ) AGAR TIDAK MENYESATKAN , TERIMA KASIH.
  15. Ass,,
    sebelum sholat apakah harus mengganti cenana dalam?,,
    karena tdk selalu clana dlm trlihat bersih,, pernah saya membaca kalo “cukuplah cuci kmaluanmu”. hbiz saya cuci bysanya saya gnti clana dan Insya Allah suci semua.. hal tersebut ccukup merepotkan tp klo memang aturannya harus bersih ya Insya Allah tetap saya lakukan.. Gmn menurut smpya? (maaf kta@nya pnjang,, sblmnya Syukran katsir ats jwbnnya)
  16. Ass.Wr.wb.
    sya seorang pljar yg sgat2 igin tw ttg agama dan bgaimana tata cra shlt yg sesugguhnya!
    tp jjr sya sdkit slit memahami nya krn tdk di lgkpi dgn hrup arab nya!
  17. subhanallah .
    assalamualikum
    lam kenal ya buat para pencinta rosullalah , q setuju dengan cara2 sholatnya , numpang copy ya …
    wassalamualaikum
  18. masyaALLAh, sngx hatiq…
  19. alhamdulillahh..akhirnya sya dapat jawaban untuk tgas saya ini..
    thx ya untuk informasinya..semga jika ada ksalahan grakan slama ini, bsa scpat.a qta perbaiki..amin.
  20. Dari Abu Hurairah ra, dia berkata: Telah bersabda Rasulullah: “Apabila kamu sujud hendaklah meletakkan kedua tangannya sebelum meletakkan kedua lututnya dan janganlah ia letakkan kedua lututnya sebelum kedua tangannya seperti onta bila akan duduk. (HR An Nasai dan Abu Daud dan Ad-Darimi)
    Jadi bersujud dengan benar cara Rasulullah adalah kedua tangnnya dulu baru kedua lututnya.
    Semoga bermanfaat,
  21. assalamualaikum.wr.wb
    permisi saya mau bertanya tentang du2k tasyahud awal dan akhir,karena saya sering kali melihat orang yang shalat menggerak2kan telunjuknya.selama ini saya mencari hadistnya tapi belum dapat.bisakah anda memberitahu tentang hal ini dan apakah ada hadis yang memperkuatnya.
    jazakumullah.wassalam
  22. mudah mudahan para pemuda bisa belajar dan bisa melakukan hal ini dengan sendirinya tanpa ada paksaan dari orang lain
  23. Kebanyakan d negara qt ni cara sholat wanita dan pria beda.sedangkan rasulullah brsabda”sholatlah kamu sbgmna kmu mlht q sholat”.mnurut ada bgaimana?
  24. jadi kita bisa mengikuti tata cara shalat yang nabi lakukan
  25. Bismillahi,ustadz ana mau tanya tentang tata cara duduk tasahud akhir sholat 2 raka’at, biasa dipakai iftiras atau tawaruuk, ana ragu kalau bisa ada dalil nya ustadz, dan asbabulnya.
  26. http://islamismylife-berry.blogspot.com/ mampir ya law sempat….
  27. http://islamismylife-berry.blogspot.com/2011/01/sholat-rasulullah-saw-beserta-bacaannya_30.html untuk yg mau lihat ada bacaanya di sini INSYA ALLAH ada,,,
  28. Umurku sudah lebih dari 1/4 abad,tp solat msh compang-camping. Mohon keikhlasannya send to my email, tata cara solat ini.mohon juga tampilkan ayat & hadits yg dihalaman ini tdk tampil,agar lbih mendalami. Semoga pahala surga terlimpah buat anda.amin
  29. mohon ditampilkan bacaan aslinya 9bhs arab) thxs
  30. bacaan bahasa arabnya ko’ ndak ad yai…
    sykran dah bbagi ilmu..
  31. kaya nya akan lebih bagus lagi kalo di tambah gambar sesuai gerakan nya, terus bener tuhh arab nya kemana ??,,tapi keseluruhan baguss,,
  32. Assalamualaikum,
    Bukankan di larang sujud seperti sujudny unta?
    “yaitu, dilarang mletakkan lutut dahulu lalu tangan”
    tolong pnjelasannya?
    Trims.
  33. aku mau bacaan pakek mp3 nya… buat anak ku 5waktu nya biar lancar
  34. Ya Allah terima kasih Engkau telah mengirimkan penulis ini untuk memberikan pengetahuan ajaranMu yg benar..kna sesungguhnya hidup sekali n beribadah sampai mati..jika cara shalat tiang agama tidak benar akan jadi apa kita diakhirat nanti…terima kasih untuk penulis,melalui dirimulah tangan Allah sampai pada saya…
  35. ana sangat mendukung
  36. Dlm forum ini,hendaknya kita knsisten dg Alquran n Hadist shohih.Jg spt judulnya pecinta rasullullah,katanya sih yg d asuh oleh Habib.Hadisnya bagus n jelas d tampilkan.tapi kesimplnya dia memakai cara ibadah dgn bermashab.Hadis yg ia paparkan tdk d pakai,taklik.
  37. terimakasih atas postingannya
  38. Ini sholat kok ga ada bahasa arabnya?
    mana shah sholat pake bahasa indonesia
  39. alhamdulillah
  40. Makasih bgetzz dah bantu Q tuk mlksanakan shalat sebagaimana Saya shalat sperti rasulullah krena hanya shalat yg sperti rasulullah lah yg dtrima oleh Allah…,,,,
  41. Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,
    ya akhi, jika anda ingin memberitahukan tata cara sholat yang benar. HARUS BENAR BENAR DARI HADITS.
    Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dia berkata: Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam : “Apabila kamu sujud hendaklah meletakkan kedua tangannya sebelum meletakkan kedua lututnyadan janganlah ia letakkan kedua lututnya sebelum kedua tangannya seperti onta bila akan duduk. (HR An Nasai dan Abu Daud dan Ad-Darimi)
    tata cara sujud yang anda beritahukan itu salah. mohon belajar lagi sebelum memposting.
    apalagi ini berkaitan dalam dien.
    Jazzakumullah khairan.
    Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
  42. ijin mencopy…..
  43. assalamu’alaikum..
    pak bagaimana hukumnya apabila kedua tangan kita setelah takbir diletakkan dibawah pusar..tolong jawabannya
  44. klo yang pke kabiron ada hdistnya ga ya?

Leave a Reply

 

Selasa, 08 Mei 2012

unlimityted smartfreenz


<p>Your browser does not support iframes.</p>
Bagi anda yang sudah keasikan menikmati layanan Unlimited Smartfren atau paket Gratis 15 hari internetan dari Smart, sekarang saatnya istirahat atau baca info berikut ini. Jika anda masih menggunakan cara lama untuk membeli pulsa sebesar 50 ribu dan berharap mendapatkan bonus 15 hari free internetan selama 24 jam, sekarang tidak berlaku lagi. Bisa-bisa pulsa anda habis sebelum 15 hari. Kenapa ? sebab sejak 1 mei 2011 Layanan Free unlimited Smartfren (Khususnya Reguler) sudah di tiadakan. Paket free itu sudah di ganti dengan paket lain dan cara Register Smartfren Unlimited juga sudah berubah.

Logo Smart
Bagi anda pelanggan smart / smartfren yang sering menggunakan paket reguler unlimited sekarang hanya tersedia paket reguler unlimited selama 30 hari. untuk paket unlimited harian dan mingguan hanya ada di paket Smartfrend unlimited Premium. Untuk pembelian pulsa sebesar 50 ribu anda akan diberi bonus 500 Mb selama 7 hari (jika quota yang diberikan habis sebelum 7 hari habis maka akan memotong pulsa yang ada) oleh sebab itu pulsa anda akan habis tanpa anda sadari. Untuk menghindari hal tersebut silahkan anda menggunakan cara yang sudah ada untuk meregister paket layanan dari smartfren di bawah ini.


Caranya :
Untuk meregestrasi Layanan Unlimited Reguler Smart/Smartfren 30 hari :
Kecepatan Download akses : s/d 153 kbps | Kecepatan  Upload akses : s/d 128 kbps
Ketik : *123*3*3*30*0  klik tombol OK / Dial - Tarif : Rp. 45.000

Untuk Meregister Paket Smartfren Unlimited Premium :
Kecepatan Download akses : s/d 384 kbps | Kecepatan  Upload akses : s/d 128 kbps
- Harian  : Ketik : *123*3*2*1  klik tombol OK / Dial  - Tarif : Rp. 5.000
- Mingguan  : Ketik : *123*3*2*7  klik tombol OK / Dial - Tarif : Rp. 30.000
- Bulanan  : Ketik : *123*3*2*30  klik tombol OK / Dial - Tarif : Rp. 90.000

Untuk registrasi menggunakan SMS anda bisa melakukannya dengan cara sebagai berikut :

Untuk meregestrasi Layanan Unlimited Reguler Smart/Smartfren 30 hari :
Kecepatan Download akses : s/d 153 kbps | Kecepatan  Upload akses : s/d 128 kbps
Ketik : Data(spasi)R30  kirim ke 123 - Tarif : Rp. 45.000

Untuk Meregister Paket Unlimited Premium :
Kecepatan Download akses : s/d 384 kbps | Kecepatan  Upload akses : s/d 128 kbps
- Harian  : Ketik : Data(spasi)unl1  kirim ke 123   - Tarif : Rp. 5.000
- Mingguan  : Ketik : Data(spasi)unl7  kirim ke 123 - Tarif : Rp. 30.000
- Bulanan  : Ketik : Data(spasi)unl30  kirim ke 123 - Tarif : Rp. 90.000

Untuk Tarif dan cara Register Volume Based Silahkan liat di tabel ini :
tarif dan cara register Volume Based
* Klik untuk Gambar untuk memperbesar
Semoga bermanfaat.


** Perbedaan antara paket unlimited Smartfren Reguler dan Unlimited Smartfren Premium adalah Kecepatan Download dan kecepatan Upload. jika anda masih kurang dalam hal kecepatan akses anda bisa meregister untuk paket Unlimited Premium atau Volume based (Sesuai dengan Volume yang kita inginkan).

Apakah informasi ini bermanfaat atau membantu untuk anda ? Jika benar, tuliskan komentar, masukan pertanyaan seputar Perubahan Layanan Register Paket Smart Unlimited - Smartfren Free 15 hari.

* Bagi anda yang membutuhkan informasi USB Modem Smartfren AC682 agar Awet dan tidak ERROR Silahkan baca artikelnya juga. terimakasih.

Rating by User : 5
Berikan KLIK »» Apabila Informasi atau Ulasan

Perubahan Layanan Register Paket Smart Unlimited - Smartfren Free 15 hari

Bermanfaat untuk anda, Terimakasih.

salahudi ayyubi

Salahuddin Ayyubi atau Saladin atau Salah ad-Din (Bahasa Arab: صلاح الدين الأيوبي, Kurdi: صلاح الدین ایوبی) (Sho-lah-huud-din al-ay-yu-bi) (c. 1138 - 4 Maret 1193) adalah seorang jendral dan pejuang muslim Kurdi dari Tikrit (daerah utara Irak saat ini). Ia mendirikan Dinasti Ayyubiyyah di Mesir, Suriah, sebagian Yaman, Irak, Mekkah Hejaz dan Diyar Bakr. Salahuddin terkenal di dunia Muslim dan Kristen karena kepemimpinan, kekuatan militer, dan sifatnya yang ksatria dan pengampun pada saat ia berperang melawan tentara salib. Sultan Salahuddin Al Ayyubi juga adalah seorang ulama. Ia memberikan catatan kaki dan berbagai macam penjelasan dalam kitab hadits Abu Dawud

Daftar isi

Latar belakang

Shalahuddin Al-Ayyubi berasal dari bangsa Kurdi.[1] Ayahnya Najmuddin Ayyub dan pamannya Asaduddin Syirkuh hijrah (migrasi) meninggalkan kampung halamannya dekat Danau Fan dan pindah ke daerah Tikrit (Irak). Shalahuddin lahir di benteng Tikrit, Irak tahun 532 H/1137 M, ketika ayahnya menjadi penguasa Seljuk di Tikrit. Saat itu, baik ayah maupun pamannya mengabdi kepada Imaduddin Zanky, gubernur Seljuk untuk kota Mousul, Irak. Ketika Imaduddin berhasil merebut wilayah Balbek, Lebanon tahun 534 H/1139 M, Najmuddin Ayyub (ayah Shalahuddin) diangkat menjadi gubernur Balbek dan menjadi pembantu dekat Raja Suriah Nuruddin Mahmud. Selama di Balbek inilah, Shalahuddin mengisi masa mudanya dengan menekuni teknik perang, strategi, maupun politik. Setelah itu, Shalahuddin melanjutkan pendidikannya di Damaskus untuk mempelajari teologi Sunni selama sepuluh tahun, dalam lingkungan istana Nuruddin. Pada tahun 1169, Shalahudin diangkat menjadi seorang wazir (konselor).
Di sana, dia mewarisi peranan sulit mempertahankan Mesir melawan penyerbuan dari Kerajaan Latin Jerusalem di bawah pimpinan Amalrik I. Posisi ia awalnya menegangkan. Tidak ada seorangpun menyangka dia bisa bertahan lama di Mesir yang pada saat itu banyak mengalami perubahan pemerintahan di beberapa tahun belakangan oleh karena silsilah panjang anak khalifah mendapat perlawanan dari wazirnya. Sebagai pemimpin dari prajurit asing Syria, dia juga tidak memiliki kontrol dari Prajurit Shiah Mesir, yang dipimpin oleh seseorang yang tidak diketahui atau seorang Khalifah yang lemah bernama Al-Adid. Ketika sang Khalifah meninggal bulan September 1171, Saladin mendapat pengumuman Imam dengan nama Al-Mustadi, kaum Sunni, dan yang paling penting, Abbasid Khalifah di Baghdad, ketika upacara sebelum Salat Jumat, dan kekuatan kewenangan dengan mudah memecat garis keturunan lama. Sekarang Saladin menguasai Mesir, tapi secara resmi bertindak sebagai wakil dari Nuruddin, yang sesuai dengan adat kebiasaan mengenal Khalifah dari Abbasid. Saladin merevitalisasi perekonomian Mesir, mengorganisir ulang kekuatan militer, dan mengikuti nasihat ayahnya, menghindari konflik apapun dengan Nuruddin, tuannya yang resmi, sesudah dia menjadi pemimpin asli Mesir. Dia menunggu sampai kematian Nuruddin sebelum memulai beberapa tindakan militer yang serius: Pertama melawan wilayah Muslim yang lebih kecil, lalu mengarahkan mereka melawan para prajurit salib.

Timur Tengah (1190 M.). Wilayah kekuasaan Shalahuddin (warna merah); Wilayah yang direbut kembali dari pasukan salib 1187-1189 (warna merah muda). Warna hijau terang menandakan wilayah pasukan salib yang masih bertahan sampai meninggalnya Shalahuddin
Dengan kematian Nuruddin (1174) dia menerima gelar Sultan di Mesir. Disana dia memproklamasikan kemerdekaan dari kaum Seljuk, dan dia terbukti sebagai penemu dari dinasti Ayyubid dan mengembalikan ajaran Sunni ke Mesir. Dia memperlebar wilayah dia ke sebelah barat di maghreb, dan ketika paman dia pergi ke Nil untuk mendamaikan beberapa pemberontakan dari bekas pendukung Fatimid, dia lalu melanjutkan ke Laut Merah untuk menaklukan Yaman. Dia juga disebut Waliullah yang artinya teman Allah bagi kaum muslim Sunni.
Aun 559-564 H/ 1164-1168 M. Sejak itu Asaduddin, pamannya diangkat menjadi Perdana Menteri Khilafah Fathimiyah. Setelah pamnnya meninggal, jabatan Perdana Menteri dipercayakan Khalifah kepada Shalahuddin Al-Ayyubi.
Shalahuddin Al-Ayyubi berhasil mematahkan serangan Tentara Salib dan pasukan Romawi Bizantium yang melancarkan Perang Salib kedua terhadap Mesir. Sultan Nuruddin memerintahkan Shalahuddin mengambil kekuasaan dari tangan Khilafah Fathimiyah dan mengembalikan kepada Khilafah Abbasiyah di Baghdad mulai tahun 567 H/1171 M (September). Setelah Khalifah Al-'Adid, khalifah Fathimiyah terakhir meninggal maka kekuasaan sepenuhnya di tangan Shalahuddin Al-Ayyubi.
Sultan Nuruddin meninggal tahun 659 H/1174 M, Damaskus diserahkan kepada puteranya yang masih kecil Sultan Salih Ismail didampingi seorang wali. Dibawah seorang wali terjadi perebutan kekuasaan di antara putera-putera Nuruddin dan wilayah kekuasaan Nurruddin menjadi terpecah-pecah. Shalahuddin Al-Ayyubi pergi ke Damaskus untuk membereskan keadaan, tetapi ia mendapat perlawanan dari pengikut Nuruddin yang tidak menginginkan persatuan. Akhirnya Shalahuddin Al-Ayyubi melawannya dan menyatakan diri sebagai raja untuk wilayah Mesir dan Syam pada tahun 571 H/1176 M dan berhasil memperluas wilayahnya hingga Mousul, Irak bagian utara.

Naik ke kekuasaan

Di kemudian hari Saladin menjadi wazir pada 1169, dan menerima tugas sulit mempertahankan Mesir dari serangan Raja Latin Yerusalem, khususnya Amalric I. Kedudukannya cukup sulit pada awalnya, sedikit orang yang beranggapan ia akan berada cukup lama di Mesir mengingat sebelumnya telah banyak terjadi pergantian pergantian kekuasaan dalam beberapa tahun terakhir disebabkan bentrok yang terjadi antar anak-anak Kalifah untuk posisi wazir. Sebagai pemimpin dari pasukan asing Suriah, dia juga tidak memiliki kekuasaan atas pasukan Syi'ah Mesir yang masih berada di bawah Khalifah yang lem
ah, Al-Adid